Pada tanggal 25 Oktober dan 26 Oktober 2018, ASSAA mengambil bagian sebagai panitia dalam pelaksanaan American Studies International Conference (ASIC) 2018 yang berlokasi di lantai 7 Gedung Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. American Studies International Conference (ASIC) 2018 bertemakan Local Identity in Globalization. Berkaitan dengan tema ini, ASIC 2018 terfokus pada keberadaan identitas lokal di tengah–tengah globalisasi. Konferensi internasional ini menjadi salah satu sarana untuk menambah wawasan keilmuan perihal keberadaan identitas lokal di era globalisasi dan bagaimana identitas lokal dapat bertahan dalam menghadapi pengaruh–pengaruh asing yang dibawa oleh arus globalisasi. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah wawasan keilmuan dalam ranah Pengkajian Amerika. Dalam hal ini Amerika dinilai menjadi salah satu negara yang mendominasi arus globalisasi. Munculnya negara–negara seperti Amerika yang mendominasi arus globalisasi dapat dilihat dari tersebarnya pengaruh–pengaruh atau nilai–nilai negara tersebut di negara–negara lain. Di sisi lain, negara–negara yang terdominasi seperti Indonesia, juga mengalami dampak dari arus globalisasi tersebut. Dampak tersebut dapat terlihat dari terancamnya keberadaan identitas–identitas lokal. Masalah inilah yang kemudian menjadi pusat diskusi dalam konferensi internasional ini.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dibagi menjadi 2 bagian utama antara lain sesi panel dan sesi paralel. Dalam sesi panel, konferensi internasional ini menghadirkan 4 (empat) pembicara utama antara lain Prof. Larisa Mikhaylova, Prof. Carla Jones, Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S. U., dan Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., Ph.D. Sedangkan, untuk sesi paralel, konferensi ini dihadiri oleh pemakalah dari berbagai universitas di Indonesia dan universitas asing. Melalui sesi panel dan paralel inilah, para pembicara utama, pemakalah, dan peserta non pemakalah dapat berkumpul untuk berdiskusi atau bertukar pendapat satu sama lain berkaitan dengan tema acara ini. Sub–sub tema yang beragam pun semakin memperkaya diskusi dalam konferensi ini dengan memberikan ruang yang lebih luas untuk mendiskusikan keberadaan identitas lokal di tengah–tengah globalisasi melalui perspektif yang beragam.
Hari pertama dimulai dengan pelaksanaan opening ceremony yang dihadiri oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA., beserta jajarannya. Dalam kesempatan ini, Dekan Fakultas Ilmu Budaya menyambut kedatangan para pembicara utama dan para pemakalah dalam American Studies International Conference (ASIC) 2018. Selain itu, beliau juga berharap agar American Studies International Conference (ASIC) dapat menjadi sumber ilmu terutama di bidang antarbudaya. Kemudian Rektor Universitas Gadjah Mada menyampaikan sambutannya yang berkaitan dengan tema konferensi ini. Beliau menekankan bahwa globalisasi tidak hanya membawa dampak yang positif bagi dunia melainkan juga dampak negatif terutama bagi keberadaan kearifan lokal. Beliau berpendapat bahwa kearifan lokal harus tetap dipertahankan dan selalu menjadi bagian dari identitas kita. Bersamaan dengan berakhirnya kata sambutan, Rektor UGM pun meresmikan kegiatan American Studies International Conference (ASIC) 2018 ditandai dengan pemukulan gong.
Setelah opening ceremony, sesi panel hari pertama pun dimulai dengan dua pembicara utama yaitu Prof. Larisa Mikhaylova dan Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S.U. serta dipandu oleh Dr. Aris Munandar, M.Hum. sebagai moderator. Prof. Larisa Mikhaylova pribadi merupakan perwakilan dari Lomonosov Moscow State University, Rusia. Dalam sesi panel ini, Prof. Larisa Mikhaylova membawakan sebuah topik yang berjudul American Imprint in Russian Identity yang membahas perihal keunikan yang terkandung dalam karya sastra Rusia. Kreativitas yang sangat kental dalam berbagai karya sastra Rusia pun membuat para pembaca tertarik untuk menikmati karya sastra Rusia. Dalam kesempatan ini, Prof. Larisa Mikhaylova juga menjelaskan bahwa minat pembaca yang tinggi terhadap karya sastra Rusia kemudian menjadikan karya sastra Rusia menjadi karya sastra populer. Selanjutnya, Prof. Dr. Ida Rochani Adi, S.U membawakan topik lain yang berjudul Feminine Forms of Muslim Belonging in Fraught World yang membahas perihal identitas lokal wanita muslim di Indonesia yang senantiasa dipertahankan dan sangat sukar untuk berubah. Namun, di saat yang bersamaan, muncul perubahan–perubahan dalam kehidupan para wanita dipengaruhi oleh globalisasi. Kedua topik yang menarik ini pun terlihat menarik perhatian para peserta konferensi ini yang ditandai dengan munculnya berbagai pertanyaan dari para peserta untuk menggali kedua topik ini lebih dalam. Tidak sampai di situ, konferensi hari pertama dilanjutkan dengan sesi paralel dimana para pemakalah dapat memasuki beberapa ruang paralel yang telah disediakan untuk mempresentasikan judul makalah mereka masing–masing. Sesi paralel ini dibagi menjadi dua sesi. Satu sesi paralel diisi oleh 5–6 pemakalah dan seorang moderator. Dipandu oleh moderator, dalam kesempatan inilah para pemakalah memperoleh ruang yang lebih untuk berdiskusi dan bertukar pikiran perihal makalah mereka masing–masing.
Pada hari kedua, sesi panel American Studies International Conference (ASIC) 2018 menampilkan dua pembicara utama yaitu Prof. Carla Jones dan Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., Ph.D. serta dipandu oleh Dr. Nur Saktiningrum, M.Hum. Prof. Carla Jones pribadi merupakan perwakilan dari University of Colorado, Amerika Serikat. Dalam sesi panel ini, Prof. Carla Jones membawakan sebuah topik yang berjudul Whither Difference? The Persistent Value of Globalization in an Era of Locality. Melalui topik ini, beliau menjelaskan bahwa meningkatnya gerakan–gerakan sosial di Amerika Serikat maupun Indonesia merupakan bentuk dari standardisasi budaya terhadap munculnya Globalisasi. Selanjutnya, Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., Ph.D. membawakan topik lain yang berjudul Global Symbols, Local Identity–The Brigata Curva Sud Ultras in Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, beliau menjelaskan bagaimana Brigata Curva Sud, sebagai kelompok pendukung sepakbola, ingin membuat citra para pendukung sepakbola menjadi baik di mata masyarakat. Beliau melihat bahwa hal yang bertentangan justru muncul dari kelompok–kelompok sejenis lainnya yang cenderung menciptakan citra yang negatif dengan tindakan yang kasar dan tidak sopan. Sejalan dengan konferensi hari pertama, sesi panel ini pun dilanjutkan dengan sesi paralel dimana para pemakalah mulai memasuki setiap ruang paralel yang telah disediakan untuk mempresentasikan judul makalah mereka masing–masing. Sesi paralel ini pun dibagi menjadi dua sesi. Satu sesi paralel diisi oleh 5–6 pemakalah dan seorang moderator. Dipandu oleh moderator, dalam kesempatan inilah para pemakalah kembali memperoleh ruang yang lebih untuk berdiskusi dan bertukar pikiran perihal makalah mereka masing–masing.