Webinar Thanksgiving oleh Mahasiswa S2 Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada

Program Studi S2 Pengkajian Amerika menyelenggarakan kegiatan Webinar dalam rangka perayaan Thanksgiving, pada hari Rabu, 9 November 2022. Rangkaian acara Thanksgiving di tahun 2022 kali ini mengusung tema “Reshaping Post-Pandemic Society through American Technological Mobility”. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari para dosen, mahasiswa S2 Pengkajian Amerika, mahasiswa S2 Kajian Budaya Timur Tengah, dan mahasiswa program studi lainnya di dalam maupun di luar Universitas Gadjah Mada.

Dalam acara Thanksgiving di tahun 2022, kegiatan webinar kali ini tergolong berbeda dari konsep sebelumnya karena disponsori langsung oleh Ruby Community by Avoskin dan juga mendapatkan kesempatan berdiskusi langsung bersama 2 mahasiswa dari Oberlin College, Amerika. Berbagai topik menarik dijelaskan langsung oleh 3 narasumber. Narasumber pertama, yaitu Bapak Gde Dwitya Arief Metera, Ph.D., yang merupakan peneliti terafiliasi di Equality, Development, and Globalization Studies (EDGS) di Northwestern University dan juga menjabat sebagai dosen tamu di Program Studi Pengkajian Amerika, Universitas Gadjah Mada. Selain itu, terdapat 2 pembicara lainnya, yaitu Samantha J Perez dan Colby Jeannine Fortin. Mereka adalah para mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar (Sanshi Fellowship) di Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Oberlin College, Amerika. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai materi Webinar, acara ini dibuka oleh Ratu Nadhirah El Sarah, S.Hum., selaku perwakilan mahasiswa S2 Pengkajian Amerika dan MC yang memandu acara dan Intan Khoirun Nisa, S.S., selaku Moderator pada sesi webinar.

Materi pertama berjudul “Social Media: The Double-Edged Sword Reshaping Our Society” yang dibawakan oleh Bapak Gde. Beliau menjelaskan bahwa media sosial membentuk kembali konektivitas antar masyarakat dalam merayakan acara penting, terutama Thanksgiving. Teknologi menciptakan kemudahan masyarakat dalam mengikuti perkembangan zaman. Facebook adalah salah satu contoh dari produk asal Amerika yang semakin meng-global. Hal ini dibuktikan melalui statiska pengguna Facebook selama 15 tahun dari tahun 2004 hingga 2018 mencapai 2.3 miliar pengguna. Menurut Beliau, data ini menunjukkan bahwa teknologi membawa dampak psotif terhadap perkembangan zaman yang semakin memudahkan masyarakat dalam mengembangkan kehidupan sosialnya. Beberapa diantaranya seperti untuk memperluas lingkaran jejaring sosial pertemanan dan mengaburkan garis pemisah dalam mendapatkan pengetahuan lintas negara. Selain itu, hal menarik lainnya yang dijelaskan oleh Beliau bahwa Facebook juga ternyata dapat digunakan sebagai sumber koneksi mobilitas ekonomi. Sebagai contoh, Beliau menjelaskan Facebook memunculkan kesempatan seseorang untuk saling terhubung dengan komunitas yang memiliki posisi pendidikan dan ekonomi yang lebih baik. Peluang peningkatan ekonomi akan lebih mudah didapatkan ketika seseorang menemukan jaringan baru, seperti mendapatkan jaringan volunteer sehingga dapat memperbaiki komunitas yang kekurangan ekonomi ataupun mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik melalui beasiswa yang didapati antar koneksi pertemanan di Facebook. Namun, terlepas dari semua sisi positif perkembangan teknologi, Beliau juga menjelaskan bahwa teknologi juga berkontribusi pada efek negatif dalam hubungan sosial masyarakat. Sebagai contoh, kemunculan polarisasi dan profil individu sebagai alat politik melalui informasi ataupun iklan dari Facebook yang dikhawatirkan dapat memecah belah hubungan sosial dalam perbedaan pandangan politik. Singkatnya, Beliau menutup pemaparannya dengan menegaskan bahwa aktivitas media sosial tentunya memiliki efek positif dan negative terhadap hubungan sosial dan diharapkan agar selalu berhati-hati dalam membagikan informasi.

Selanjutnya, Samathan dan Colby dalam “A Brief Interrogation History of Thanksgiving, Native American Rights, and Technology” menyampaikan penjelasan mengenai Thanksgiving yang cukup membangun wawasan baru dalam memahami budaya tersebut melalui perspektif asli dari masyarakat Amerika. Banyak hal menarik yang mereka sampaikan dan sangat membantu peserta Webinar dalam memahami budaya Thanksgiving. Beberapa diantaranya adalah ketika mereka menjelaskan bahwa sejarah Thanksgiving bukan hanya menyimbolkan kebersamaan kekeluargaan budaya Amerika, tetapi perayaan Thanksgiving yang diperkenalkan oleh suku asli Indian pada awalnya bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan koloni Inggris yang menduduki wilayah Indian. Dijelaskan oleh Samantha dan Colby bahwa adanya ketidaksesuaian dalam memahami sejarah peradaban Indian dimana suku asli Indian yang memberikan makanan kepada para imigran Eropa pada dasarnya hanya menginginkan aliansi agar penduduk asli Indian tidak tersingkirkan oleh kekuasaan imigran Eropa. Berkaitan dengan tekonologi, mereka menyampaikan bahwa supremasi teknologi dan senjata menciptakan kekhawatiran akan terjadinya penindasan terhadap suku asli Indian. Namun, sisi positifnya, teknologi membawa seseorang untuk ikut serta dalam perayaan Thanksgiving melalui komunitas yang lebih besar dan diharapkan teknologi dapat digunakan sebagai ajang dalam bertukar pengetahuan mengenai sejarah perkembangan kelompok minoritas di Amerika, yaitu suku Indian yang berkontribusi terhadap kebudayaan Thanksgiving Amerika.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif dari peserta dan juga narasumber memberikan jawaban yang sangat ringkas dan mudah dimengerti sehingga menambah wawasan peserta dalam memahami budaya Thanksgiving dan perkembangan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial antar negara.

Peserta Webinaryang terlihat antusias mendengarkan pemaparan materi.
 
     Pemaparan materi Webinar oleh Bapak Gde Dwitya Arief Metera, Ph.D.,
Pemaparan sejarah Thanksgiving Day oleh Samantha J Perez.
Pemaparan sejarah Native Indians oleh Colby Jeannine Fortin.
Para Narasumber dan Moderator.

Leave a Reply

Your email address will not be published.